Kamis, 19 Juni 2014

Menilik Karya Arsitektur Heritage di Kampung Arab Pekojan, Jakarta

Menelusuri jalan dari Jembatan Dua menuju kawasan Kota Tua, sampai dengan menemui  antrian panjang untuk melewati lampu lalu lintas berubah menjadi hijau, pandangan pun menebar  ke sekitar jalan yg berada di samping kali berair hitam. Melalui celah dari jembatan kecil yang dapat dilalui sepeda motor nampak bangunan masjid tua. Masjid dengan bentuk arsitektur unik yang membuat saya berkeinginan untuk masuk ke dalam kawasan tersebut untuk melihat lebih jauh pemandangan apa lagi yang ada di dalam sana.


    

Berada di balik hiruk pikuk pusat perdangan dan pergudangan Pasar Pagi dan sekitarnya, kawasan ini merupakan Kampung Arab Pekojan, dimana kampung ini terbentuk sejak ratusan tahun yang lalu saat pemerintah Hindia Belanda menetapkan sistem wijkenstelsel.

Menelusuri lebih ke dalam kampung ini, semakin nampak sisa-sisa pusaka masa lalu berupa rumah tinggal dan beberapa masjid. Beberapa rumah tinggal milik warga keturuna Arab yang dibangun sejak tahun 1800an masih berdiri tegak. Rumah-rumah yang dibangun dengan nilai-nilai islami dan menciptakan keseimbangan dengan alam ini berpenampilan jauh dari rumah-rumah di negeri Arab. Tidak ada bangunan kotak tertutup tapi yang ada adalah rumah row houses dengan teras terbuka dan sesuai dengan iklim tropis.








Sebagai pendukung kegiatan keagamaan dan sosialisasi warga, masjid dengan penampilan arsitektur lokal masih diterjaga dengan dilindungi oleh pemerintah kota. Beberapa masjid tanpa kubah seperti umumnya di Timur Tengah, wujud kemampuan berkreasi mengabsorbsi kearifan lokal budaya setempat yang sudah mampu dipikirkan ratusan tahun yang lalu.




  Photo  Photo



  Photo



Selain itu aktifitas berdagang dan berkumpulnya warga keturunan Arab di beberapa titik memperkuat kawasan ini sebagai kampung Arab.